Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tidak seperti anggapan banyak orang

Program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia cenderung berkinerja buruk. Stagnasi atau kemunduran yang dimulai pada tahun 1970-an dan 1980-an menjadi bukti kondisi program KB di Indonesia saat ini. 

Lantas apa penyebab program KB di Indonesia tidak berkembang? Menurut Dr., Emi Nurjasmi, M.Kes, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI), kelainan ini disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya adalah kurangnya dukungan terhadap program KB ini. Diyakini bahwa dukungan yang baik diperlukan agar KB dapat berfungsi dengan baik. 
 
“Ada banyak faktor yang menghambat KB ini. Pelayanan KB bukan hanya pekerjaan bidan tetapi juga banyak partai politik. Misalnya, kita membutuhkan banyak dari mereka. Emi ditemui dalam Penggabungan Program Kebidanan Delima Terkait Pengaktifan Program Keluarga Berencana (KB) yang diselenggarakan di Markas Ikatan Bidan Indonesia (IBI) pada Rabu 19 Maret 201). 
 
Dr. M. Emi mengatakan bahwa otonomi daerah di Indonesia juga dapat dikaitkan dengan kurangnya dukungan masyarakat untuk hal-hal sederhana seperti keluarga berencana. Ia sangat menyayangkan kondisi ini. 
 
“Hingga saat ini, Indonesia sangat sukses dalam melaksanakan program KB. Sejak tahun 1970-an hingga 1980-an, program KB di Indonesia menjadi hal yang biasa di banyak negara bahkan di seluruh dunia." Dr. Emi, kantor Regional Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), kata. Hanya di Jakarta. Ini yang membedakan kemarin dan hari ini,” imbuhnya. 
 
Emi tidak menampik adanya budaya yang kuat di masyarakat Indonesia, salah satu kendala utama program KB ini. Menurutnya, budaya "banyak anak, banyak proyek" sangat penting bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. 
 
“Bisa dibilang budaya 'besarkan banyak anak, banyak anak' masih ada di masyarakat. emi. Menurut Dr, Bu Emi, hal ini tidak terlepas dari kondisi bahwa perempuan tidak dapat memutuskan sendiri untuk mengikuti program KB, sehingga harus mendapat izin dari suaminya. Dan sayangnya, tidak semua suami mau bisa ikut KB.

jadi mau ikut KB atau tidak?
entahlah aku sendiri tidak tahu